Mulutmu harimaumu


Assalamualaikum
Apa kabar?
Sudahkah kita bersyukur atas segala nikmat dan garis kehidupan saat ini?
Pernahkah ada sahabat atau saudara atau orang yg baru dikenal mendadak berkomentar atas sesuatu yg ada pada diri kita yg ternyata pedas saar didengar?atau justru kita yg sering sekali berkomentar abcd pada garis hidup orang lain?
Aduhai..banyak hal yg di luar kuasa kita. Membumbui dengan komen abcd bisa jadi justru memperkeruh suasana apalagi jika komennya hanya sebatas duniawi. Rambutmu kok jelek ya?atau badannya kok semampai ya alias semeter tak sampai?atau kok suaminya jelek istrinya cantik?atau ini bapak ibunya putih tapi anaknya gelap atau sarjana kok kerjanya jualan nasi?atau pengusaha kok ga punya mobil dan lain lain.
Rupanya saat ini urgent sekali membuka pelatihan agar mampu menahan berkomentar yg menyakitkan.hehe..
Bukankah rejeki kita, jodoh kita, keturunan sudah ada yg mengatur. Dialah Alloh Yang Maha Baik titik. Otomatis segala takdirNya pasti baik. Ukuran baik buruk itu subjektif sekali apalagi jika terkait dunia dan juga relatif, jika saat ini sesuatu A ini adalah sangat baik bisa jadi besok lusa berubah menjadi biasa-biasa saja tergantikan oleh B, C, atau D.
Bukankah Lukmanul hakim seorang ayah yg fisiknya mungkin menurut orang jaman sekarang terkategori buruk, tapi beliau sangat bijak sebagai seorang ayah bahkan namanya menjadi salah satu surat dalam Al Quran.
Lantas jika begitu apa masi berani kita berkomentar?apa ga malah jadi malu sendiri?
Kita sendiripun, apa bisa kita memesan anak yg tampan, cerdas, penurut, sholeh?atau suami yg menawan?Beberapa memang ada yg mendapati sesuai dengan yg diminta tapi bukan berarti jika kita mendapatkan diri kita, atau pasangan, atau anak yg "istimewa" artinya itu buruk. Tidak
Yuk mari belajar menahan untuk berkomentar, belajar berkomunikasi dengan baik. Jangan sampai karena lisan kita menjadikan kita orang yg rugi di akherat kelak akibat banyak orang yg tersakiti.
Mungkin sesaat setelah kita melihat sesuatu yang mengundang kita untuk berkomentar, tahan dulu, pikirkan dulu dampak ucapan kita nantinya bagaimana, jika ternyata akan banyak mudharatnya lebih baik diam.
Wassalam

0 komentar:

Posting Komentar


up